Rabu, 11 Mei 2011

Refleksi Live in @ Sodong (Aryo Panji Jeremias/XI sosial 1)


REFLEKSI LIVE IN

          Pada pengalaman Live In yang berlangsung beberapa hari yang lalu, saya mendapatkan begitu banyak pelajaran yang amat berguna bagi saya. Baik itu sebagai pelajaran hidup maupun untuk berkarier di masa depan. Saya ditempatkan di daerah Sodong ketika Live In. Di sana saya belajar membuat media jamur (log), dimana prosesnya membutuhkan waktu yang cukup lama. Selama di sana saya merasa betah dan kerasan.
          Pada awal kedatangan saya di tempat itu, saya sudah merasa terkesan dengan tempat tersebut dan saya merasa tertarik untuk mengenal lebih dalam daerah yang saya tempati, khususnya keluarga dimana tempat saya tinggal. Pada awal datang, saya sudah disambut dengan hangat oleh secangkir teh hangat dan senyuman yang ramah dari keluarga tersebut. Awal saya datang yang ada hanyalah ibu rumah tangga keluarga tersebut, sebab kepala keluarganya sedang pergi bekerja. Perlu diketahui bahwa pekerjaan utama sang kepala keluarga tersebut adalah dengan menyewakan sound system dan untuk acara - acara yang biasanya dilakukan untuk acara pernikahan, konser musik, maupun acara lainnya. Adapun untuk menambah perekonomian, keluarga tersebut membuat log jamur.
          Di sana, semua warga sekitar lingkungan bersikap ramah terhadap saya. Selain itu kerukunan dan persaudaraan antarwarga terasa sangat kental. Satu sama lain saling mengenal dan saling akrab seperti anggota keluarga sendiri. Hal ini sangat jarang kita temui di daerah perkotaan yang mayoritas warganya bekerja di sebuah kantor maupun perusahaan. orang kota bahkan tidak jarang ada yang tidak mengenal tetangga sebelahnya. Hal ini terjadi lantaran kesibukan antar warganya yang memiliki kepentingan masing - masing. Kita tidak akan menemui hal ini di daerah pedesaan.
          Di tempat inilah saya mendapatkan banyak pengalaman berharga di dalam hidup saya yang takkan pernah saya lupakan selama hidup saya di bumi, pengalaman ini takkan pernah tergantikan oleh hal indah apapun yang terjadi selama hidup saya. Di tempat inilah saya belajar bekerja keras. Di tempat ini pula saya belajar memahami apa itu arti keluarga.
          Setiap hari, kegiatan saya di tempat ini adalah membuat jamur. membuat jamur itu merupakan hal yang sangat melelahkan dan menguras banyak energi. Di sini saya mendapatkan pengalaman bahwa kita harus senantiasa bekerja keras. Saya dapat mengatakan seperti ini karena saya sudah mengalaminya sendiri ketika saya ikut membantu membuat log jamur tersebut. Menurut saya tenaga yang dikeluarkan tidak sebanding dengan hasil yang didapat dari penjualan jamur tersebut, makanya saya berani mengatakan  hal itu merupakan suatu kerja keras.
          Selain itu saya juga belajar bagaimana menciptakan hidup yang harmonis di dalam suatu keluarga. Setiap malam keluarga tersebut pasti berkumpul untuk sekedar berbincang maupun bermain dengan anaknya yang masih berumur 3 tahun. Padahal saya tahu bahwa rasa lelah pasti tercipta setelah seharian bekerja keras mengeluarkan banyak energi. Bayangkan saja, dalam sehari hampir 10 jam mereka bekerja, bahkan terkadang sampai harus bergadang untuk sekedar menjaga api di oven agar tidak mati. Tetapi saya sangat kagum bahwa mereka masih berusaha menyempatkan diri untuk sekedar berkumpul dan berbincang bersama. Menurut saya keluarga ini sangat harmonis. Selain itu mereka juga sempat mengajak saya pergi berbelanja ke pasar Sumowono. Hal ini sangat jarang terjadi di kota. Masyarakat kota pada umumnya lebih memilih hal yang praktis dengan menyuruh pembantu mereka untuk pergi ke pasar. Tetapi hal ini tidak terjadi di dalam keluarga ini. Mereka hidup sangat harmonis walaupaun hidup di dalam kesederhanaan.
          Di sini saya dapat memetik suatu pelajaran yang berharga bagi saya. Ternyata kebahagiaan tercipta bukan karena materi yang melimpah. Kebahagiaan akan tumbuh apabila ada rasa senang yang timbul di dalam hati dan jiwa kita sendiri. Semua itu tergantung bagaimana kita memaknai arti hidup yang kita alami.
          Akhir kata, saya mengucap syukur dan terima kasih dari lubuk hati saya yang paling dalam kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan anugerahnya kepada saya, sehingga saya bisa berada di sini sampai saat ini dan bisa memaknai arti hidup yang begitu indah ini. Terima kasih Tuhan, semoga semua ini dapat berguna bagi hidup saya kelak. Terima kasih pula kepada SMA SEDES SAPIENTIAE BEDONO yang telah menyelenggarakan kegiatan yang sangat bermakna ini. Semoga semua ini bisa berguna untuk bekal untuk memulai hidup di masa yang akan datang. God Bless You All.


(ARYO PANJI JEREMIAS)

Rabu, 30 Maret 2011

tagline dengan menggunakan type huruf roman

Tipografi merupakan suatu ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu, sehingga dapat menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin.

Sejarah Tipografi
Sejarah perkembangan tipografi dimulai dari penggunaan pictograph. Bentuk bahasa ini antara lain dipergunakan oleh bangsa Viking Norwegia dan Indian Sioux. Di Mesir berkembang jenis huruf Hieratia, yang terkenal dengan nama Hieroglif pada sekitar abad 1300 SM. Bentuk tipografi ini merupakan akar dari bentuk Demotia, yang mulai ditulis dengan menggunakan pena khusus.
Bentuk tipografi tersebut akhirnya berkembang sampai di Kreta, lalu menjalar ke Yunani dan akhirnya menyebar keseluruh Eropa.
Puncak perkembangan tipografi, terjadi kurang lebih pada abad 8 SM di Roma saat orang Romawi mulai membentuk kekuasaannya. Karena bangsa Romawi tidak memiliki sistem tulisan sendiri, mereka mempelajari sistem tulisan Etruska yang merupakan penduduk asli Italia serta menyempurnakannya sehingga terbentuk huruf-huruf Romawi.
Saat ini tipografi mengalami perkembangan dari fase penciptaan dengan tangan hingga mengalami komputerisasi. Fase komputerisasi membuat penggunaan tipografi menjadi lebih mudah dan dalam waktu yang lebih cepat dengan jenis pilihan huruf yang ratusan jumlahnya.